Sabtu, 15 Agustus 2009

MENGENAL ALLAH

Ketika berbicara tentang ilmu pengetahuan, orang sering hanya mempersepsi pengetahuan sebagai alam semesta dengan segenap fenomenanya. Orang pun merasa cukup diri dan bangga berpengetahuan ketika menguasai beberapa disiplin ilmu duniawi. Karenanya kita sering menjumpai sosok cendikiawan yang boleh jadi dalam dan luas pengetahuannya tentang suatu disiplin ilmu, namun bersamaan dengan itu ia makin jauh dari kesadaran agama.
Dengan prestasi itu, ia merasa memiliki sesuatu yang hebat, hingga tidak perlu membutuhkan pengetahuan tentang sesuatu di balik alam ini. Ia dan banyak orang semisalnya, lupa bahwa ada objek pengetahuan yang maha penting untuk diketahui sebelum pengetahuan tentang dunia dan alam sekitarnya ini, yaitu pengetahuan tentang Sang Pencipta alam yang sekian lama menjadi objek telaah ini.
Sebagai muslim, kita tentu beriman kepada Allah SWT. Namun, sejauh mana kita mengenal secara benar Zat Allah itu? Pernahkah kita benar-benar mengkaji eksistensi-Nya dengan sungguh-sungguh, mengingat Dia-lah pencipta lam semesta (termasuk kita semua)?
Mengenal Allah dengan benar sesuai dengan petunjuk-Nya adalah sebuah keniscayaan. Ia bahkan harus mendahului pengetahuan kita tentang makhluk-Nya. Demikian itu karena Dia-lah sember kehidupan. Dialah titik tolak bermulanya segala sesuatu. Pendalaman pengetahuan tentang alam semesta yang tidak didahului atau dibarengi dengan pengenalan kepada Sang Pendiptanya, akan membuahkan ilmu pengetahuan yang tanpa “bingkai”. Ilmu pengetahuan yang demikian seringkali justru menyeret pemiliknya dalam rimba pengetahuan yang tanpa arah dan bimbingan.
Misalnya, betapa dunia informasi telah meraih prestasi gemilang dengan lahirnya internet. Ia sungguh sangat besar manfaatnya untuk mencerahkan pengetahuan manusia. Namun demikian, jika kita tidak didampingi dengan kesadaran moral yang kuat, ia justru hanya menjadi media penyebaran budaya permisif yang hanya akan merusaka kepribadian dan moralitas umat manusia.
Karena itu, setiap muslim, khususnya para calon intelektual, harus membekali pengetahuannya tentang berbagai hal dengan ma’rifat (pengenalan) kepada Allah dengan benar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar